HIBURAN ZAMAN RASULULLAH
JENIS-JENIS HIBURAN ZAMAN RASULULLAH
Ada beberapa macam permainan dan seni hiburan yang disyariatkan
Rasulullah SAW, untuk kaum Muslimin, guna memberikan kegembiraan dan
hiburan mereka. Di mana hiburan itu sendiri dapat mempersiapkan diri
untuk menghadapi ibadah dan melaksanakan kewajiban dan lebih banyak
mendatangkan ketangkasan dan keinginan. Hiburan-hiburan tersebut
kebanyakannya bentuk suatu latihan yang dapat mendidik mereka kepada
manusia berjiwa kuat, dan mempersiapkan mereka untuk maju ke medan jihad
fi sabilillah.
Di antara hiburan-hiburan itu ialah:
1.Pertandingan Lumba Lari.
Sahabat-sahabat Nabi SAW dulu pernah mengadakan pertandingan lumba lari
cepat, kerana Nabi sendiri membolehkan. Ali adalah salah seorang yang
paling cepat. Nabi sendiri mengadakan pertandingan dengan isterinya,
bertujuan memberi pendidikan kesederhanaan dan kesegaran serta mengajar
kepada sahabat-sahabatnya.
Kata Aisyah, “Rasulullah bertanding dengan saya dan saya menang.
Kemudian saya berhenti, sehingga ketika badan saya menjadi gemuk,
Rasulullah bertanding lagi dengan saya dan ia menang, kemudian ia
bersabda: Kemenangan ini untuk kemenangan itu.” Yakni seri atau
sama-sama menang. (Riwayat Ahmad dan Abu Daud).
2.Bergusti.
Rasulullah SAW pernah gulat dengan seorang lelaki yang terkenal kuatnya,
namanya Rukanah. Permainan ini dilakukan beberapa kali. (Riwayat Abu
Daud). Dalam satu riwayat dikatakan:
"Sesungguhnya Rasulullah SAW gulat dengan Rukanah yang terkenal
kuatnya itu, kemudian ia berkata: domba (kambing) lawan domba. Kemudian
Nabi bergulat, dan ia berkata: berjanjilah dengan saya. untuk lain kali
lagi, lantas Nabi bergulat, dan ia berkata: berjanjilah dengan saya,
lantas Nabi bergulat untuk ketiga kalinya. Lantas seorang lelaki itu
bertanya: Apa yang harus saya katakan kepada keluargaku? Nabi menjawab:
Katakan "domba telah dimakan oleh serigala, dan larilah domba." Kemudian
apa pula yang aku katakan untuk yang ketiga? Nabi menjawab: Kami tidak
dapat mengalahkan kamu untuk bergulat dengan kamu dan untuk mengalahkan
kamu, kerana itu ambillah hadiahmu."
Dari hadis ini ahli-ahli fiqih beristimbat hukum tentang dibenarkannya
pertandingan lari cepat, baik dia itu dilakukan antara lelaki dengan
lelaki atau antara lelaki dengan perempuan mahramnya atau dengan
isteri-isterinya. Dari hadis-hadis itu pula ulama fiqih berpendapat
bahawa pertandingan lari cepat, gulat dan sebagainya tidak menghilangkan
kekhusyukan, kehormatan, pengetahuan, keutamaan dan lanjutnya umur.
Sebab Rasulullah SAW. sendiri waktu bergulat dengan Aisyah sudah berumur
di atas 50 tahun.
3.Memanah
Di antara hiburan yang dibenarkan oleh syara' ialah bermain memanah dan
perang-perangan. Sebab di satu saat Nabi pernah berjalan-jalan menjumpai
sekelompok sahabatnya yang sedang mengadakan pertandingan memanah, maka
waktu itu Rasulullah SAW. memberikan dorongan kepada mereka dengan
sabdanya: "Lemparkanlah panahmu itu, saya bersama kamu." (Riwayat
Bukhari)
Pertandingan lempar panah itu bukan sekedar hobby atau sekedar
bermain-main saja, tetapi salah satu bentuk daripada mempersiapkan
kekuatan sebagai yang diperintah Allah dalam firmanNya "Dan
bersiap-siaplah kamu untuk menghadapi mereka (musuh) dengan kekuatan
yang kamu sanggup." Dalam menafsirkan ayat ini Rasulullah bersabda:
"Ketahuilah! Bahawa yang dimaksud 'kekuatan' itu ialah memanah - beliau
ucapkan kata-kata itu tiga kali." (Riwayat Muslim)
Dan sabdanya pula: "Kamu harus belajar memanah karena memanah itu
termasuk sebaik-baik permainanmu." (Riwayat Bazzar, dan Thabarani dengan
sanad yang baik) Namun begitu, Rasulullah SAW. memperingatkan para
pemain agar tidak menjadikan binatang-binatang jinak dan sebagainya
sebagai sasaran latihannya, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh
orang-orang Arab jahiliah.
Abdullah bin Umar pernah melihat sekelompok manusia yang sedang berbuat
demikian, kemudian Ibnu Umar mengatakan: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w.
melaknat orang yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran
memanah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Dilarangnya permainan seperti itu kerana terdapat unsur-unsur penyiksaan
terhadap binatang dan merenggut jiwa binatang serta memungkinkan untuk
membuang-buang harta, Tidak benar kalau permainan manusia itu dengan
mengorbankan makhluk hidup yang lain.
Justru itu pula Rasulullah SAW. melarang mengadu binatang seperti
yang dilakukan orang-orang Arab dahulu, iaitu mereka membawa dua ekor
domba atau sapi kemudian diadu sampai mati atau hampir mati. Lantas
mereka senang dan tertawa. Para ulama berkata: "Bahawa prinsip
dilarangnya mengadu binatang, kerana terdapatnya unsur menyakiti dan
melumpuhkan binatang tanpa faedah, tetapi hanya sekedar bermain-main."
4.Main Anggar
Yang sama dengan permainan memanah, ialah main anggar. Dalam hal ini
Rasulullah SAW telah memberi perkenan kepada orang-orang Habasyah
(Ethiopia) bermain anggar di dalam Masjid Nabawi, dan ia pun memberi
perkenan pula kepada Aisyah untuk menyaksikan permainan itu.
Dan kepada para pemain Rasulullah mengatakan: "Kerana kamu (kami melihat), hai Bani Arfidah."
Panggilan Bani Arfidah adalah suatu julukan yang biasa digunakan
orang-orang Arab untuk memanggil penduduk Habsyah. Umar, kerana wataknya
tidak suka bermain-main, maka dia bermaksud akan melarang orang-orang
Habasyah yang sedang bermain itu, tetapi kemudian dilarang oleh Nabi.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ia berkata:
"Ketika orang-orang Habsyah sedang bermain anggar dihadapan Nabi,
tiba-tiba Umar masuk, kemudian mengambil kerikil dan melemparkannya
kepada mereka. Kemudian Rasulullah SAW. berkata kepada Umar.--biarkanlah
mereka itu, hai Umar." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Ini merupakan suatu kelapangan dari Rasulullah SAW dengan mengizinkan
permainan seperti ini dilakukan di Masjidnya yang mulia itu, agar di
dalam masjid dapat dipadukan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi; dan
sebagai suatu pendidikan buat kaum Muslimin, agar mereka suka bekerja
di waktu bekerja dan bermain-main di waktu santai. Di samping itu,
bahawa permainan semacam ini bukan sekedar bermain-main saja, tetapi
suatu permainan yang bermotif latihan.
Para ulama berkata setelah membawakan hadis ini sebagai berikut: "Bahawa
masjid dibuat adalah demi kepentingan urusan kaum Muslimin. Oleh kerana
itu apa saja yang kiranya bermanfaat untuk agama dan manusia, maka
bolehlah dikerjakan di masjid." Kiranya kaum Muslimin di zaman-zaman
terakhir ini mahu memperhatikan, mengapa masjid-masjid mereka itu
dikosongkan dari jiwa hidup dan kekuatan, dan dibiarkan sebagai tempat
orang-orang apatis.
Pengarahan Nabi dalam mendidik dan memberikan hiburan hati
isteri-isterinya, iaitu dengan memperkenankan permainan yang mubah
seperti itu. Sehingga kata Aisyah: "Sungguh saya saksikan Nabi membatas
saya dengan selendangnya, sedang saya melihat orang-orang Habsyah itu
bermain di dalam masjid, sehingga saya sendiri yang merasa bosan. Mereka
itu lincah selincah gadis muda belia yang masih suka bermain." (Riwayat
Bukhari dan Muslim)
Aisyah juga berkata: "Saya pernah bermain-main dengan boneka perempuan
di rumah Rasulullah SAW, bersama kawan-kawan saya perempuan yang juga
bermain-main dengan saya; dan tatkala Rasulullah SAW masuk, mereka itu
bersembunyi, tetapi Rasulullah SAW. senang melihat mereka itu bersamaku,
kemudian mereka bermain-main bersamaku lagi." (Riwayat Bukhari dan
Muslim).
5 Menunggang Kuda
Allah SWT berfirman: "Kuda, keldai dan himar adalah supaya kamu naiki
dan sebagai perhiasan." (an-Nahl: 8) Dan bersabda Rasulullah SAW:
"Kuda itu diikat jambulnya untuk kebaikan." (Riwayat Bukhari)
Dan sabdanya pula: "Lemparkanlah (panah) dan tunggangilah (kuda)." (Riwayat Muslim)
Dan sabdanya lagi: "Tiap-tiap sesuatu yang bukan zikrullah berarti
permainan dan kelalaian, kecuali empat perkara: (1) Seorang laki-laki
berjalan antara dua sasaran (untuk memanah). (2) Seorang yang mendidik
kudanya. (3) Bermain-mainnya seseorang dengan isterinya. (4) Belajar
berenang." (Riwayat Thabarani)
Dan berkatalah Umar: "Ajarlah anak-anakmu berenang dan memanah; dan
perintahlah mereka supaya melompat di atas punggung kuda." Ibnu Umar
meriwayatkan. "Sesungguhnya Rasulullah SAW. pernah mengadakan pacuan
kuda dan memberi hadiah kepada pemerangnya." (Riwayat Ahmad) Semua ini
sebagai dorongan Nabi terhadap masalah pacuan kuda. Sebab berpacu kuda
sebagaimana kami katakan di atas, adalah permainan, olahraga juga suatu
latihan.
Anas pernah ditanya: Apakah kamu pernah bertaruh di zaman Rasulullah
s.a.w.? Apakah Rasulullah s.a.w. sendiri juga pernah bertaruh? Maka
jawab Anas: "Ya! Demi Allah, sungguh ia (Rasulullah SAW) pernah bertaruh
terhadap suatu kuda yang disebut sabhah (kuda pacuan), maka dia dapat
mengalahkan orang lain, ia sangat tangkas dalam hal itu dan
mengherankannya." (Riwayat Ahmad)
Taruhan yang dibenarkan, atau yang dimaksud di sini ialah suatu upah
(hadiah) yang dikumpulkan bukan dari orang-orang yang berpacu saja atau
dari salah satunya saja, tetapi dari orang-orang lainnya. Adapun hadiah
yang dikumpulkan dari masing-masing yang berpacu, kemudian siapa yang
unggul itulah yang mengambilnya, maka hadiah semacam itu termasuk judi
yang dilarang. Dan Nabi sendiri menamakan pacuan kuda semacam ini, yakni
yang disediakan untuk berjudi, dinamakan Kuda Syaitan. Harganya adalah
haram, makanannya haram dan menungganginya pun haram juga. (Riwayat
Ahmad).
Dan baginda bersabda: "Kuda itu ada tiga macam: kuda Allah, kuda manusia
dan kuda syaitan. Adapun kuda Allah ialah kuda yang disediakan untuk
berperang di jalan Allah, maka makanannya, kotorannya, kencingnya dan
apanya saja - mempunyai beberapa kebaikan. Adapun kuda syaitan, iaitu
kuda yang dipakai untuk berjudi atau untuk dibuat pertaruhan, dan adapun
kuda manusia, iaitu kuda yang diikat oleh manusia, ia mengharapkan
perutnya (hasilnya), sebagai usaha untuk menutupi keperluannnya.
(Riwayat Bukhari dan Muslim).
0 komentar: